UNTUKMU yang mendapati benih-benih kesedihan di dalam jiwa, karena kesepian yang terus mendera.
Untukmu yang terus berusaha menemukan teman hidupmu, namun Allah menakdirkan menunda pertemuan itu.
Untukmu yang sedang was-was dengan masa depan, kapan saatnya rumah tangga serupa surga itu tiba?
Suatu hari di sebuah kelas seorang guru masuk dengan tersenyum. Padahal saat itu anak-anak murid sedang ribut bukan main. Namun sang guru bisa menenangkan muridnya dengan mudah. Lalu guru itu mengambil secarik kertas kemudian menggambar sebuah titik diatasnya. “Anak-anak coba lihat, apa ini?” tanya guru itu sambil mengangkat secarik kertas tadi. Murid-murid menjawab “Itu titik, bu”. “Bukan anak-anak, ini kertas” pungkasnya.
Nah, pasti kita akan menjawab hal yang sama seperti murid-murid dalam cerita diatas. Ya, karena kita memfokuskan pandangan pada sebuah titik tadi. Padahal masih ada bagian yang berwarna putih dan lebar, namun sama sekali kita tidak meliriknya. Begitulah dengan hidup kita. Katakanlah Anda sedang menanti datangnya sang pangeran atau bidadari yang akan dipinang. Namun, karena tertunda itulah seakan-akan hidup terasa menderita, dunia terasa kejam. Dan kita merasa kitalah yang paling buruk nasibnya.
Coba lihat sisi terangnya. Saat Allah menunda pertemuanmu dengan seorang idaman. Saat itu pula Allah telah memberi beribu nikmat yang tak bisa dihitung. Lihatlah pada sekeliling kita, masih banyak saudara yang menyangi, masih ada teman yang peduli.
Lihat pula prestasi-prestasi yang telah kita raih. Pencapaian apa yang sudah kita lewati. Bukan kah itu merupakan nikmat yang sudah Allah berikan untuk kita? Ternyata hidup kita tidak sekelam yang kita bayangkan. Ingatkah jika kita bersyukur, maka Allah akan tambah nikmat tersebut.
Lagi-lagi dengan rasa syukur semuanya akan terasa indah. Karena saat syukur, bukan titik hitam yang kita pikirkan, tapi lembaran putih yang ada disekitarnya tentunya itu lebih lebar dan luas.
Syaikh ‘Aid Al-Qarni berpesan kepada kita, “Saat seseorang memberi segelas air lemon, kita hanya perlu menambahkan sesendok gula ke dalamnya.” Maka air lemon yang tadinya asam menjadi asam-manis sehingga menyegarkan saat diminum.
Ingat, tidak ada seorang pun yang mendapat musibah selamanya. Allah berfirman dalam surat Al-Insyirah ayat 5, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Itu merupakan sebuah keniscayaan bahwa tidak ada satu orangpun di dunia ini yang mengalami kesulitan selamanya. Allah akan memberi kemudahan setelah kesulitan itu adalah janji-Nya. Wallohu’alam [Sumber: Halaqah Cinta/Karya: Arif Rahman Lubis/Qultum Media]