Jumat, 15 Mei 2015

Mengapa Wanita Tidak Wajib Sholat Jum'at

SELAMA ini kita di Indonesia, utamanya, shalat Jumat itu kewajiban laki-laki. Bagaimana dengan wanita?

Seorang wanita pada dasarnya tidak diwajibkan untuk menghadiri shalat Jumat. Yang wajib bagi mereka untuk dikerjakan adalah shalat Dzhuhur.

Pernyataan seperti ini langsung disebutkan oleh Rasulullah SAWpada salah satu hadits beliau: Dari Thariq bin Syihab ra bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Shalat Jumat itu adalah kewajiban bagi setiap muslim dengan berjamaah, kecuali (tidak diwajibkan) atas 4 orang. [1] Budak, [2] Wanita, [3] Anak kecil dan [4] Orang sakit.” (HR Abu Daud)

Al-Imam An-Nawawi berkata bahwa isnad hadits inishahih sesuai dengan syarat dari Bukhari. Ibnu Hajar mengatakan bahwa yang menshahihkan hadits itu bukan hanya satu orang.

Namun apabila seorang wanita tetap ikut melakukan shalat Jumat, maka shalatnya itu telah menggugurkan kewajiban shalat Jumat atasnya. Sehingga dia tidak perlu lagi mengulanginya dengan shalat Jumat.

Adapun adanya dalil yang Al-Quran di dalam surat Al-Jumu’ah tentang khitab kepada orang-orang beriman yang mencakup laki-laki dan perempuan, memang ayat itu tidak salah. Pada dasarnya memang kalau Allah SWT memanggil dengan panggilan “Wahai orang-orang yang beriman”, memang tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kalian kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui,” (QS. Al-Jumu’ah: 9)

Namun karena ada hadits di atas yang menjadi muqarin (pembanding) dari keumuman ayat Al-Quran itu, maka kita harus menggabungkannya. Sehingga menjadi pengertian bahwa shalat Jumat itu tidak wajib bagi wanita, hanya wajib bagi laki-laki. Namun bila seorang wanita ikut shalat Jumat, maka tetap sah dan cukup baginya shalat Jumat itu tanpa perlu lagi melakukan shalat Dzhuhur.

Dalam metologi fiqih, bila ada dua dalil yang sama-sama shahih, harus dicarikan titik temu antara keduanya. Bukan dengan sistem gugur, di mana salah satunya harus kalah.

Ayat Al-Quran tidak boleh ditabrakkan begitu saja dengan hadits nabawi. Tidak dibenarkan menggugurkan sebuah hadits nabawi yang shahih dan menganggapnya tidak berlaku, hanya karena alasan ada ayat Quran yang tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan ketika memerintahkan shalat Jumat. 

Rabu, 13 Mei 2015

Tak Ada Jalan Lain

PENGOBATAN penyakit spiritual dan kesejahteraan serta kesehatan hati bukanlah perkara enteng dan tidak boleh diabaikan. Perlu usaha keras untuk mencapainya. Kita harus berjuang melawan diri sendiri. Kadang kita harus merelakan beberapa kenikmatan.

Bukan berarti kita menolaknya, tetapi pada suatu saat kita harus berkorban denganmengurangi kenikmatan untuk sesuatu yang jauh lebih tinggi dan membahagiakan. Semua ini dibutuhkan untuk menyucikan kehidupan manusia. Demi mencapai tingkat yang mulia, kita harus menganggap kesulitan sebagai kesenangan dan persoalan sebagai kekayaan.

Anggaplah duka cita sebagai suatu kenyamanan karena tujuan di baliknya adalah membuat Anda lebih tinggi. Pandanglah mata hyena di tengah kerumunan domba seolah-olah ia mutiara.

Seseorang yang berhati sehat, menjalani hidupnya dengan damai dan tenang. Ia meraih keputusan dari Tuhannya. Dukacita dunia akan kebahagiaan spiritual. Ketika seseorang berhati damai meninggalkan dunia ini, ia akan memulai kehidupan yang benar-benar nyaman dan penuh dengan kenikmatan.

Ia akan ditawari berbagai kekayaan yang belum  pernah dipandang mata, didengar telinga, dan dibayangkan kepala. Ia akan meraih kejayaan sejati. Apa pun yang ia inginkan, langsung tersaji di hadapannya. 

Minggu, 10 Mei 2015

Kemungkinan Matahari Terbit Dari Barat Itu Mungkin

“Tidaklah tegak hari kiamat hingga berperang dua kelompok besar kaum manusia… (yang kemudian di dalamnya disebutkan ) hingga terbitnya Matahari dari arah Barat.  Apabila ia telah terbit (dari arah Barat) dan manusia melihatnya, maka berimanlah mereka semua. Pada hari itu tidaklah bermanfaat keimanan seseorang yang tidak beriman sebelum hari itu atau belum mengusahakan kebaikan di masa imannya” (HR. Bukhari-Muslim)

TENTU kita masih ingat dengan kehebohan bahwa kiamat akan terjadi pada tahun 2012. Bahkan, Amerika sampai memproduksi film ‘2012’ yang isinya tentu saja tentang hari kiamat. Namun, sampai saat ini kiamat yang diramalkan oleh suku Maya pada tahun 2012, tidak pernah terjadi. Selain heboh ‘Kiamat,’ ternyata tahun 2012 juga menjadi tahun yang diprediksi sebagai tahun perpindahan Kutub Utara ke Selatan. Sudah terbayang bilamana perpindahan kutub itu tentu ada hubungannya dengan salah satu tanda Kiamat, yaitu terbitnya Matahari dari Barat. Rasulullah saw bersabda:

“Aku menghapal dari Rasulullah saw sebuah hadits yang aku tidak lupa setelahnya. Aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda: ‘Sesungguhnya tanda-tanda (besar hari kiamat) pertama yang akan muncul adalah terbitnya Matahari dari arah Barat.” (HR. Ahmad dan Muslim)

Setelah 14 abad lebih berlalu, sabda Rasulullah ternyata semakin mendekati kenyataan. Menurut logika, jika Kutub Utara berpindah ke Selatan, maka secara hukum Barat dan Timur akan berpindah pula. Secara langsung, perubahan kutub akan otomatis mengubah posisi Barat dan Timur.

Investigasi lanjutan mengenai anomali-anomali 2012 tiba pada verifikasi ilmiah yang paling menggetarkan. NASA memprediksi bahwa dalam beberapa tahun ke depan ada kemungkinan terjadi perubahan Kutub Magnet Bumi yang merupakan siklus ribuan tahun dari planet dan bintang.

Meski sulit dipercaya, sebagai contoh NASA mengatakan bahwa pada tahun 2001, Matahari telah mengalami perubahan kutub tersebut. Namun karena massa Matahari relatif tetap dan kita tidak tinggal disana maka manusia tidak merasakan perubahan ini.

Seperti kita ketahui bumi dapat diibaratkan sebutir telur dimana kulit telur adalah daratan dan lautan tempat kita berpijak, dan cairan telur adalah material vulkanis logam cair dan inti bumi adalah kuning telur yang merupakan logam padat bersuhu tinggi.

Dan inti bumi inilah yang memiliki medan magnet yang keluar dari Kutub Utara menuju Kutub Selatan yang dikenal dengan Sabuk Van Hallen. Medan magnet ini melindungi bumi dari sinar kosmis Matahari yang memungkinkan kehidupan berjalan dengan normal.

Dalam beberapa dekade terakhir, NASA menyatakan bahwa Kutub Utara telah bergeser dalam derajat yang signifikan, dan tidak ada yang bisa memastikan kapan terjadi pergeseran total Kutub Utara menjadi Kutub Selatan ini. Bisa dalam hitungan tahun, atau masih ratusan tahun lagi.

Bukan berarti bumi yang berputar balik, tapi karena inti bumi dan kerak bumi diisi oleh cairan, posisi inti dan keraklah yang sebenarnya berputar (Seperti kuning telur berputar didalam telur yang sedang diam).

Jadi apakah efeknya terhadap kehidupan di dunia ini? Satu hal yang bisa dipastikan adalah jarum kompas kita tidak akan lagi menunjuk ke arah Utara namun mengikuti kutub magnet Utara yang sudah pindah di Selatan.

Cuma jarum kompas berubah arah? Mungkin saja. Skenario terburuknya malah kemungkinan terjadi sedikit gangguan magnetik yang bisa merusak peralatan elektronik, satelit, pembangkit listrik atau piranti teknologi lainnya.

Jadi benarkah kita tidak perlu khawatir? Coba dipikirkan lagi, apabila kutub magnetik Utara bumi ada di Selatan, darimanakah Matahari kita akan terbit? [sm/islampos/berbagaisumber]

Kamis, 07 Mei 2015

Dua Raka'at Yang Dirindukan

DI SUDUT tempat sujud itu, terdengar sayup isak tangis. Ku dekati suara itu yang tak lain adalah isak tangis sajadahku.

Ku tanya padanya, “Ada apa denganmu?!”

Dalam temaram ruangan, dia menjawab pelan sambil menyeka airmatanya. Jawabnya,

Dulu sebelum kau mengisi kajian, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan mendapat kelancaran. Tapi kini, kau lebih sibuk memikirkan presentasi, menghafal syair atau merangkai lelucon ringan sebagi persiapan.

Dulu sebelum kau menulis novel atau kitab, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan mengalirnya inspirasi yang dahsyat. Tapi kini, kau lebih sibuk merangkai retorika atau kata puitis melankolis, mengejar deadline atau hanya sekedar untuk mendapat keartisan sesaat.

Dulu di saat Dhuha, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan lancarnya segala urusan di hari itu. Tapi kini, kau belajar dan bekerja tak kenal waktu, seolah lupa DIA lah yang selama ini memberimu rizqi dan ilmu.

Dulu di 1/3 malam, minimal, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan bisa bermuhasabah dan memohon padaNya. Tapi kini, dengan alasan sudah penat dan kelelahan, kau panjangkan tidur tak sempat berduaan dengan-Nya.

Dulu sebelum syuro’, kau sempatkan DUA RAKA’AT dengan harapan lancar dan tuntasnya agenda da’wah. Tapi kini, kau lebih memilih datang telat atau bahkan izin dengan alasan mengejar Ma’isyah atau mungkin Aisyah. (Astaghfirullah wa na’udzubillah)

Apa kini kau lupa atau terlena?

Kembalilah seperti dulu, pribadi yang islami yang tersibghoh (tercelup) warna Illahi. Berazzam membina generasi Rabbani, melestarikan budaya Qur’ani yang tak pernah membiarkan cahaya Da’wah ini mati terhempas urusan duniawi.

Aku Rindu Masa Itu. Aku Rindu Airmata Sujudmu. Aku Rindu Dua Raka’atmu!!!

Minggu, 03 Mei 2015

Aku Berbuat Baik Kepadamu..??

ORANG badui itu datang dari jauh. Ia sengaja menempuh sekian hari perjalanan untuk bertemu dengan Rasulullah saw. Walaupun ia memang seorang dari udik, tapi ia sudah mendengar nabi akhir zaman itu. Ia sendiri menghadap Rasulullah saw untuk meminta sesuatu. Ia sangat ingin mempunyai barang dari Rasulullah saw.
Ketika itu Rasulullah saw sedang dirubungi oleh para sahabatnya. Seperti biasa, mereka tengah berkumpul saling menasehati, saling memberi kabar dan menjalin ukhuwah. Ketika orang badui itu datang, kerumunan itu sejenak terpecah. Semuanya menatap ke lelaki badui itu.
Tanpa menunggu lama, orang badui itu akhirnya mengemukakan maksudnya, “Ya Rasulullah, sesungguhnya kedatanganku ini tidak saja ingin menemuimu. Tapi aku juga ingin meminta sesuatu darimu. Apa sajalah yang sekiranya bisa kauberikan dan aku terima,” ujarnya tanpa basa-basi lagi. Memang begitulah adanya keadaan orang badui itu. Mereka biasanya bicara langsung ke pokok permasalahannya.
Rasulullah saw tersenyum sebentar. Didalam hatinya ia tidak tahu apa yang mesti diberikan kepada lelaki yang tampaknya kasar itu. Akhirnya ia mengambil sesuatu dan segera memberikannya kepada lelaki badui itu. “Ini yang mungkin bisa kuberikan kepadamu.”
Kata Rasulullah saw, “Aku telah berbuat baik padamu.”
Lelaki badui itu menerimanya dengan dahi berkerut. Tampak jelas ia tidak menyukai pemberian Rasulullah saw. Sedetik kemudian ia menyampaikan perasaannya itu dengan suara yang keras. “Pemberianmu tidak bagus aku tidak mau memilikinya.”
Rasulullah saw terdiam. Selintas mukanya merah. Para sahabat sendiri ketika itu langsung berdiri. Mereka serentak mengerumuni lelaki itu. Para sahabat tersinggung. Berani-beraninya lelaki itu mengatakan begitu rupa bahwa ia tidak menyukai pemberian Rasulullah saw. Para sahabat tahu pasti, bahwa Rasulullah saw jarang sekali mempunyai sesuatu yang bagus. Kebanyakan harta Rasulullah saw memang sederhana sekali, tetapi dengan mengatakan langsung seperti itu, siapa yang tidak akan marah. Lelaki badui itu nyata tidak menghormati pemberian Rasulullah saw. Kemarahan para sahabat segera menyelimuti tempat itu.
Ketika para sahabat hendak serentak bergerak, Rasulullah saw memberi isyarat. “Bersabarlah, dan jangan melakukan sesuatu apapun kepadanya,” ujarnya.
Kemudian segera Rasulullah saw pulang ke rumahnya. Tidak lama memang. Beberapa waktu kemudian, Rasulullah saw kembali lagi.
Ia membawa sesuatu yang tampaknya akan diberikan kepada lelaki badui itu. Memang benarlah, sesuatu itu kemudian diberikan kepada lelaki badui yang sebelumnya menolak pemberian Rasulullah saw. “bagaimana dengan yang ini?” kata Rasulullah saw seraya memberikan apa yang ada di tangannya itu.
Wajah lelaki itu kemudian sedikit berseri-seri. Tampaknya ia menyukai apa yang diberikan Rasulullah saw kepadanya kali ini.
Rasulullah saw bertanya, “Apakah aku berbuat baik kepadamu?”
Dengan wajah yang sangat gembira lelaki badui itu sedikit menukas, “Ya, semoga Allah membalas kebaikan engkau, keluarga dan kerabat.”
Kemudian setelah itu, lelaki itu pamit begitu saja meninggalkan Rasulullah saw dan para sahabat. Setelah kepergiannya, para sahabat saling memandangi. Rasulullah saw sendiri tidak berkata apa-apa. Keesokan harinya ketika mereka berkumpul kembali, para sahabat sebenmarnya masih menungu-nunggu gerangan penjelasan Rasulullah saw akan kejadian kemarin. Rasulullah saw mengerti.
Setelah semuanya berkumpul mengelilinginya dalam majlis itu, Rasulullah saw berkata, “Nah, kalau pada waktu badui itu berkata yang sekasar kalian dengar, kemudian kalian tidak bersabar, kalian marah lalu kalian mengasarinya, maka, ia pasti masuk neraka. Namun, karena aku memperlakukannya dengan baik, maka ia selamat.”
Sahabat pun mengerti perlakuan Rasulullah saw tersebut. Memang setelah beberapa hari, lelaki badui itu mau diperintah untuk melaksanakan tugas penting yang berat sekalipun. Dia juga turut dalam medan jihad dan melaksanakan tugasnya dengan taat. Sahabat semakin kagum kepada Rasulullah saw. Ia memberikan contoh kepada mereka semua tentang berlapang dada. Ia tidak panik dan marah menghadapi kekasaran seorang yang memang demikianlah sifatnya.
Kalaupun saat itu dilakukan hukuman terhadap si badui, tentu hal itu bukan kedhaliman. Namun, Rasulullah saw tidak berbuat demikian. Beliau tetap sabar menghadapinya dan memberikan sifat yang ramah dan lemah lembut. Pada saat itulah beliau saw ingin menunjukan pada semuanya bahwa kesabaran dan lapang dada lebih tinggi nilainya daripada harta benda apapun. 

Jumat, 01 Mei 2015

Penaklukan Konstantinopel Ditaklukkan Bani Ishaq

SIAPAKAH yang dimaksud dengan Bani Ishaq pada riwayat di atas? Para penulis tentang fitnah akhir zaman berbeda pendapat tentang siapakah yang dimaksud dengan Bani Ishaq. Ada yang menyebutkan bahwa mereka adalah Bangsa Romawi yang masuk Islam di akhir zaman, namun sebagian mengatakan bahwa bani Ishaq adalah keturunan Al Aish bin Ishaq bin Ibrahim as. Pendapat ini dipilih oleh Al Hafidz Ibnu Katsir.
Bani Ishaq yang disebutkan Rasulullah Saw sebagai pembebas Konstantinopel adalah keturunan Ish bin Ishaq bin Ibrahim. Sedangkan Bani Israel adalah keturunan Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Mereka adalah sisa-sisa pasukan Islam dari Madinah yang menang dalam pertempuran terdahsyat melawan Bangsa Rum dalam Malhamah Kubra. Mereka inilah yang dikatakan oleh Rasulullah Saw sebagai pasukan “tidak akan terkena fitnah selamanya atau tidak akan tersesat selamanya”. Maka, sangat keliru jika Bani Ishaq adalah mereka bangsa Eropa yang masuk Islam lalu bergabung dengan pasukan Al-Mahdi.
Kemungkinan yang paling logis adalah keturunan Ish ini kemudian menyebar di wilayah Khurasan (Afghanistan, Pakistan, Kashmir, Iraq dan Iran). Mereka adalah kaum muslimin yang ketika berita Al-Mahdi telah datang segera menyambutnya dan memberikan pertolongan kepadanya. Mereka adalah pasukan berbendera hitam (ashhabu rayati Suud) yang membai’at Al-Mahdi dan menjadi pengikutnya. Sebelum terjadinya penaklukan Konstantinopel, mereka adalah umat Islam yang selalu menyertai Al-Mahdi dalam semua penaklukannya, termasuk dalam penaklukan Jazirah Arab.
Imam Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan dari Abdullah bin Bisyr bahwa Nabi saw. bersabda, “Jarak antara pertempuran yang dahsyat dan penaklukan Konstantinopel tujuh tahun, lalu pada tahun ketujuh Dajjal keluar.”
Imam Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw. bersabda,“Pernahkah kamu mendengar sebuah kota yang salah satu dindingnya di darat dan yang satu di laut?” Para sahabat menjawab “Perna, ya Rasulullah.” Lalu beliau bersabda, “Tidak akan datang hari kiamat sehingga kota ini didatangi oleh 70 ribu bani Ishaq. Bila mereka telah datang, maka mereka turun dengan tidak melakukan perang bersenjata dan tidak pula menggunakan panah. Mereka berkata (mengucapkan) kalimat Laa ilaaha illallah wallahu akbar! Lalu robohlah salah satu dinding kota itu. [Tsaur bin Zaid ad-Daili, salah seorang perawi hadits ini) berkata, “Saya tidak mengetahuinya melainkan beliau bersabda, ‘(Dinding yang ada di laut.’] Kemudian pada kali yang kedua mereka mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallah wallahu akbar!’ Lalu runtuhlah dinding yang lain. Kemudian pada kali yang ketiga mereka mengucapkan, ‘Laa ilaaha illallah wallahu akbar!’ Lantas pintu gerbangnya terbuka, lalu mereka memasukinya dan mengambil harta rampasan. Ketika mereka sedang membagi-bagikan harta rampasan tiba-tiba datanglah kepada mereka seorang yang meminta tolong sambil berteriak, ‘Sesungguhnya Dajjal telah keluar!’ Lalu mereka tinggalkan segala sesuatunya, kemudian mereka kembali pulang.” 

Kamis, 30 April 2015

Menjelang Shubuh

Oleh Zidny Ilma

menjelang subuh 
fajar kidzib menggurat alif di kening langit
kemudian shidik, kuas cahayanya melukis wajah seorang sumringah 
di sepanjang sisian jalan penghujung malam. 

menjelang subuh 
halimun bersimpuh embun 
jatuh terpekur menangkup wujud kamilun 
dari tetes bening yang bergulir di atas daun 
menyiwak pagi, menuntun hati menyusuri ranah hampar sajadah. 

hawa dingin menggigit, menyua geletar syukur di kaki-kaki langit 
di antara pesona yang menyemburat sahaja. 

pagi meluruh, mendekap subuh 
kumandang azan bersahutan memetik sinar bulan 
kemudian linang 
menyinggasana di ceruk-ceruk sukma 
di liuk mata para pengais doa. 

Selasa, 28 April 2015

Pelopor Kebaikan

SEBAGAI seorang Muslim tentu telah menjadi kewajibannya untuk melakukan amar makruf nahi munkar, yakni mengajak pada kebaikan dan mencegah dari yang mungkar. Sikap seperti inilah yang menjadi nilai plus dari kaum Muslimin. Dan tahukan Anda, bahwa hal ini merupakan sesuatu yang paling istimewa bagi orang yang dapat melakukannya.

Menjadi seorang pelopor kebaikan tentu tidaklah mudah. Kita harus bisa mengubah diri sendiri ke arah yang baik pula. Barulah kita ajak orang lain sesama Muslim untuk melakukan kebaikan. Karena, orang yang mempelopori kebaikan adalah orang yang memiliki kemuliaan di mata Allah dan Rasul-Nya.

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa mencontohkan kebaikan dan diamalkan seoeninggalnya, maka ia mendapatkan pahala dari amal tersebut ditambah seperti pahala orang-orang yang mencontohnya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun. Dan, barangsiapa mencontohkan keburukan dan diamalkan sepeninggalnya, maka ia mendapatkan dosa dari amal tersebut ditambah seperti dosa orang-orang yang mencontohnya, tanpa mengurangi dosa mereka sedikit pun,” (Hadis Shahih, lihat shahih al-Jami’, hadis nomor: 6306).

Bagaikan berinvestasi, maka dengan menjadi pelopor kebaikan, maka sepeninggal kita, apabila ada yang mengikuti, tetap pahala kita akan bertambah. Begitu pun apabila menjadi pelopor keburukan, maka pahala (dosa) dari keburukan kita pun akan bertambah. Naudzubillah.

Rasulullah SAW bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya Allah memberi hidayah kepada seorng laki-laki dengan perantara kamu, itu lebih baik bagimu daripada mndapatkan unta merah,” (Hadis Shahih, lihat shahihul Jami’, hadis nomor: 7094).

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa memohon ampunan untuk kaum mukminin dan mukminat, maka Allah mencatat untuknya satu kebaikan dari setiap mukmin dan mukminah,” (Hadis Hasan, lihat Shahihul Jami’, Nomor hadis: 6026).

Subahanallah bukan? Ternyata betapa besar kasih sayang Allah kepada orang-orang yang menyaangi dan peduli pula pada saudara seimannya. Oleh sebab itu, jadikan diri kita sebagai pelopor kebaikan. Dengan ters berusaha dan berupaya memperbaiki diri, dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari, yang akan membuat orang lain tertarik untuk mengikuti langkah kita, hingga ia pun mengubah perilaku buruknya pada kebaikan. Wallahu ‘alam.

Minggu, 26 April 2015

Menulikan Telinga Sendiri

TERKADANG kita mengacuhkan orang yang sangat peduli terhadap kita. Menutup telinga, tak mau mendengarkan nasihatnya. Apalagi mengindahkan perintahnya, berat sekali rasanya. Kita memilih hidup sesuka hati, sebebas mungkin apa yang ingin kita lakukan dalam kehidupan ini.

Kita hanya ingin tertawa lepas, bersenda gurau kalau orang yang sering menasihati kita lupa hobinya itu. Asyik sekali memang mengobrol hangat bersama orang-orang tercinta, tanpa ada sedikitpun bahasa-bahasa berat perihal hakikat hidup. Lupakan itu semua! Hari ini kita hanya ingin berkumpul tanpa syarat apapun, tanpa harus begini ataupun harus begitu.

Hidup ini kan asiknya tak ada peringatan keras, tak ada yang sok bijak menggurui satu sama lainnya. Karena sama saja, toh kehidupan masing-masing, dijalani sendiri-sendiri tanpa campur tangan oranglain, dan risikonya juga dipundak masing-masing. Lantas kenapa orang yang peduli kepada kita selalu ngotot ingin suaranya didengar? Padahal kita sejak dulu menulikan telinga. Ia hanya tersenyum, saat punggung kita membelakanginya.

Dan sekarang kita sudah benar-benar menjadi manusia bebas, andaikan punya sayap, kita pasti sudah mengepakkan sayap membelah angkasa. Karena tak ada lagi yang sibuk mengurusi hidup kita, tak ada lagi yang melulu membicarakan hakikat kehidupan di telinga kita. Lebih rileks rasanya napas ini saat kita tidak berpikir keras lagi. Jalan terus melangkahi duniawi tanpa lampu lalu lintas, kuning, hijau, dan merah.

Tak ada kabar darinya lagi? Kemana orang yang selalu peduli mengurusi hidup kita itu? Sudah lelahkah ia menunggu kita untuk duduk mendengar kalimat-kalimat baiknya? Atau jangan-jangan ia tak peduli lagi. Kita mungkin tak paham, dia yang peduli, walaupun tak dinasihatkannya langsung kepada kita, ada doa yang ia panjatkan kepada TuhanNya untuk kebaikan kita.

Terdengar kabar, bahwa ia pergi menepati janjinya pulang sebagai manusia kepada Sang Pencipta.

Sekarang, tak ada lagi yang peduli? Tak ada nasihat dingin yang menyejukkan dahaga kehidupan yang kering. Kita kembali mencoba menyempurnakan nasihatnya dalam ingatan. Karena dulu, nasihatnya hanya sepenggal yang kita dengar, telinga sengaja ditulikan.

Sebab Aku Tak Sama

Oleh Dhorifah Najib

Tahu, aku tak sama
Aku tahu, aku berbeda dengan kalian
Aku berbeda dengan apa yang kalian sebut paham
Aku berbeda dengan apa yang kalian sebut agama

Tahukah, bagaimana rasa takutku pada kalian?
Dengan senjatamu fisikku terluka
Dengan hujatanmu batinku menjadi pilu

Jika memang aku dinilai hina
Kenapa Tuhan menciptakanku?
Jika memang aku dinilai tak layak
Kenapa Tuhan membiarkan Ibu melahirkanku?
Aku sehina itu?

Kalian bilang “Ini bumi kami”
Lalu aku?
Di mana aku harus bertempat, di mana aku harus tinggal?

Apakah aku masih kalian anggap sebagai manusia?
Apa aku masih kalian anggap sebagai saudara?
Saudara yang butuh teman, saudara yang butuh toleran
Dan saudara yang butuh keberagaman

Inilah aku, sebab aku tak sama
Inilah aku, sebab aku berbeda
Inilah aku sebab aku tak sama

Sabtu, 25 April 2015

Jomblo??

UNTUKMU yang mendapati benih-benih kesedihan di dalam jiwa, karena kesepian yang terus mendera.

Untukmu yang terus berusaha menemukan teman hidupmu, namun Allah menakdirkan menunda pertemuan itu.

Untukmu yang sedang was-was dengan masa depan, kapan saatnya rumah tangga serupa surga itu tiba?

Suatu hari di sebuah kelas seorang guru masuk dengan tersenyum. Padahal saat itu anak-anak murid sedang ribut bukan main. Namun sang guru bisa menenangkan muridnya dengan mudah. Lalu guru itu mengambil secarik kertas kemudian menggambar sebuah titik diatasnya. “Anak-anak coba lihat, apa ini?” tanya guru itu sambil mengangkat secarik kertas tadi. Murid-murid menjawab “Itu titik, bu”. “Bukan anak-anak, ini kertas” pungkasnya.

Nah, pasti kita akan menjawab hal yang sama seperti murid-murid dalam cerita diatas. Ya, karena kita memfokuskan pandangan pada sebuah titik tadi. Padahal masih ada bagian yang berwarna putih dan lebar, namun sama sekali kita tidak meliriknya. Begitulah dengan hidup kita. Katakanlah Anda sedang menanti datangnya sang pangeran atau bidadari yang akan dipinang. Namun, karena tertunda itulah seakan-akan hidup terasa menderita, dunia terasa kejam. Dan kita merasa kitalah yang paling buruk nasibnya.

Coba lihat sisi terangnya. Saat Allah menunda pertemuanmu dengan seorang idaman. Saat itu pula Allah telah memberi beribu nikmat yang tak bisa dihitung. Lihatlah pada sekeliling kita, masih banyak saudara yang menyangi, masih ada teman yang peduli.

Lihat pula prestasi-prestasi yang telah kita raih. Pencapaian apa yang sudah kita lewati. Bukan kah itu merupakan nikmat yang sudah Allah berikan untuk kita? Ternyata hidup kita tidak sekelam yang kita bayangkan. Ingatkah jika kita bersyukur, maka Allah akan tambah nikmat tersebut.

Lagi-lagi dengan rasa syukur semuanya akan terasa indah. Karena saat syukur, bukan titik hitam yang kita pikirkan, tapi lembaran putih yang ada disekitarnya tentunya itu lebih lebar dan luas.

Syaikh ‘Aid Al-Qarni berpesan kepada kita, “Saat seseorang memberi segelas air lemon, kita hanya perlu menambahkan sesendok gula ke dalamnya.” Maka air lemon yang tadinya asam menjadi asam-manis sehingga menyegarkan saat diminum.

Ingat, tidak ada seorang pun yang mendapat musibah selamanya. Allah berfirman dalam surat Al-Insyirah ayat 5, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”. Itu merupakan sebuah keniscayaan bahwa tidak ada satu orangpun di dunia ini yang mengalami kesulitan selamanya. Allah akan memberi kemudahan setelah kesulitan itu adalah janji-Nya. Wallohu’alam [Sumber: Halaqah Cinta/Karya: Arif Rahman Lubis/Qultum Media]

Agama Kamu Apa Sih?

Oleh Sri Yulianti(Mahasiswi Upi Purwakarta)


DAHULU saya seorang yang tak mengenal agama Islam. Meski saya orang Islam tetapi saya tidak mengenal apa yang seharusnya saya ketahui tentang islam. Saya sering kali tidak memikirkan apa yang seharusnya saya ketahui. Saya juga dari keluarga yang biyasa sajah tidak begitu mendidik saya untuk urusan berpakaian.

Saya sering kali berpakain apa adanya tidak memikirkan bahwa wanita harus menutupi auratnya. Ketika saya melanjutkan sekolah yang lebih tinggi di universitas, mulailah sedikit demi sedikit saya mengubah penampilan, saya mengubah penampilan karena saya melihat teman yang begitu cantiknya memakai hijab. Saya mulai tertarik seketika itu dan merenung apakah saya bisa seperti itu.
Hari demi hari saya pun mengubah penampilan dengan hijab syar’i. Hari-hari itu saya mulai banyak cobaan, dari mulai dimarahi keluarga, teman-teman SD sering menyebut saya dengat sebutan “Katro”. Bahkan sering kali tetangga menanyakan, “Kamu sebenarnya agamanya apa sih, penampilan yang sangat aneh?”
Ketika itu saya hanya bisa diam terhadap tetangga yang sering bicara seperti itu.
Bahkan pernah kakak yang awalnya diam akan pakaian yang saya pakai, suatu pagi hari melontarkan kata-kata yang membuat hati ini semakin sedih.
Kakak : “Kamu berpakaian seperti itu disuruh siapa dan apa bagusnya kamu menggunakan hijab?”
Saya jawab karena ingin mengubah diri.
Kakak : “Apa pantas ingin mengubah diri, kamu harus berpakaian seperti itu?”
Saya mulai menjawab dengan perlahan untuk meyakinkan kakak. “Saya dengan berpakaian syar’i ini atas dasar keinginan dan saya mulai memahami bahwa dalam agama Islam itu berpakaian seorang wanita haruslah menutup aurat dan tidak boleh menampakkan aurat kita ke lawan jenis.”
Saya berpakaian syar’i penuh dengan cobaan dan halangan. Halangan itu terus menerus datang. Ketika saya sedang bermain dengan teman di daerah saya, saya sering diejek bahkan pakaian dan hijab saya sering ditarik-tarik biar lepas dan biar saya melepaskan hijabnya. Tetapi Saya menghadapi itu dengan senyuman dan dengan sabar. Kemudin kakak yang selalu bicara bahwa saya ikut aliran sesat.
Hingga pada akhirnya saya mulai lelah dengan semua itu. Saya merenung dan mengadu kepada Allah dan meminta yang terbaik untuk jalan hidup yang saya pilih ini. Saya sering mengadu dan menangis karena saya tidak kuat menahan cercaan yang setiap hari pasti datang.
Tetapi saya sudah bertekad sekali pun ada cercaan dan ejekan, saya tetap pada pendirian saya. Walau saya tidak mempunyai uang yang begitu banyak, setiap hari saya menyisihkan uang untuk membeli hijab karena dahulu pakaian saya yang pendek-pendek membuat Saya semakin harus menyisihkan uang untuk membeli pakaian hijab.
Setelah itu datang lagi cobaan yang begitu menyakitkan hati. Tetangga yang menjauhi keluarga saya karena menganggap ada aliran sesat dalam keluarga saya. Saya pun terus dimarahi keluraga dan pernah sempat dijauhi keluarga karena penampilan saya. Saya hanya bisa diam dengan semua ini.
Hari demi hari saya lewati. Suatu hari di daerah saya ada pengajian anak-anak dan ada penceramahnya juga tentu saja. Setelah penceramah bercerita, kemudian penceramah memberi kesempatan para ibu-ibu untuk bertanya. Ada seorang ibu yang bertanya: “Berpakaian seorang wanita itu seperti apa sebenarnya, Ust?”
Ustad menjawab: “Sebenarnya berpakaian seorang wanita itu haruslah menutupi semua kecuali telapak tangan dan muka. Kenapa kita harus berhijab? Untuk menjaga aurat kita.”
Di situlah para warga perlahan mulai memahami dan mulai mengerti. Hari pun terus berganti. Pada waktu saya berpapasan dengan tetangga, ia tersenyum pada saya dan saya pun tersenyum balik.
Sekarang ini alhamdulillah keadaan mulai membaik. Bahkan ibu pun sudah mengenakan hijab meski terkadang dibuka sesaat.